Salamun Alaikum...
Selamat pagi semuanya,hari yang cerah ini
saya mau berbagi satu hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim.Yakni
dua kalimat dasyat yang dikenal dengan Dua Kalimat Syahadat.
Materi hari ini sangatlah kontroversial
antara pendapat ahli syareat dan ahli hakekat.Tapi saya pribadi membahas ini
secara sareat dulu.Dua Kalimat Syahadat yaitu
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna
muhammadarrasulullah “
diartikan :
aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
disembah melainkan Allah s.w.t dan aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad s.a.w.
itu adalah utusan Allah s.w.t.
Makna
syahadat secara syariat adalah mengetahui dan meyakini
bahwa Allah adalah yang esa tak ada lagi selain Dia yang wajib di Sembah dan Muhammad utusan Allah kepada seluruh manusia, dia seorang hamba biasa
yang tidak boleh disembah, sekaligus rasul yang tidak boleh didustakan. Akan
tetapi harus ditaati dan diikuti.Ini adalah makna Syahadat secara Syareat.
Nah bagaimana jika kita memaknai Syahadat ini dalam hakekat.Banyak diantara kita yang hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah syahadat
ini, tetapi jarang sekali yang ingin mengkaji atau mempelajari tentang hakekat
pengertian maksud dan tujuan syahadat itu sendiri, kebanyakan kita hanya
mengikuti keluarga kita, mendengar ibu dan bapak kita melafazkan syahadat, maka
kitapun turut berbuat demikian, namun kita tidak pernah mau bertanya kenapa
kita harus melafazkan Dua Kalimat Syahadat tersebut.
Disamping itu tidak ada yang pernah bertanya
kenapa kalimat itu bisa membawa kepada pengertian “ Tiada Tuhan
yang disembah
melainkan Allah s.w.t. ” sedangkan didalam kalimah tersebut tidak
terdapat perkataan Tuhan (Rabbi) dan tidak terdapat
perkataan sembah (abduhu), tetapi didalam penafsiran arti
bahasanya oleh para ulama syariat ada terdapat perkatan Tuhan dan
Sembah. Dan kenapa syahadat tidak boleh dikatakan begini :
“ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu
illallah “
yang tentunya lebih sesuai untuk diartikan
dengan “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ”
Tetapi ternyata kita tetap diarahkan oleh
Islam supaya melafazkan dengan lafaz syahadat
“ asyhadu alla illaha
illallah “ yang membawa pengertian kepada Tiada yang nyata
hanya Allah s.w.t.
Jadi bisa disimpulkan disini bahwa pengertian
yang dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh tidak sesuai dengan
matlumat sebenarnya yang hendak dinyatakan oleh syahadat itu sendiri. Disamping
itu persoalanya adalah, apakah perkataan Allah s.w.t. didalam syahadah itu
boleh di diartikan sama dengan Tuhan?
Begitu juga bila kita melafazkan “ wa
asyhadu anna muhammadarrasulullah “, apakah benar membawa suatu
pengertian kepada “ dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad s.a.w. itu
utusan Allah s.w.t. ”. Jika benar demikian mengapa Nabi Adam
a.s. bapak sekalian manusia juga mengucap syahadatnya dengan mengakhirkan
syahadatnya itu dengan lafaz wa asyhadu anna muhammadarrasulullah
? dan seterusnya Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s., semua Nabi
dan Rasul, Wali-wali Allah, sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dengan
ucapan yang sama, atau mungkin ada yang berpendapat bahwa Nabi-nabi sebelum
lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dengan cara lain? jika benar begitu apakah
bisa dikatakan bahwa Islam ini hanya baru ada pada zaman Nabi Muhammad
s.a.w.? dan benarkah Islam tidak pernah ada sebelumnya? dan jika benar
ucapan “ Muhammad “ itu sama kepada Nabi
Muhammad s.a.w., kenapa pula Nabi Muhammad s.a.w. juga
mengucap seperti kita mengucap sekarang? Dan kenapa pula Rasulullah s.a.w.
tidak mengucap begini :
“ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah wa
asyhadu anna rasulullah “.
Yang lebih sesuai membawa kepada pengertian “
Aku bersaksi tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. dan aku bersaksi
bahwa akulah pesuruh Allah s.w.t. ”
Masih banyak hal-hal yang perlu dipertanyakan
apabila kita melangkah, dan berusaha mencari dan menggali pengertian syahadat
yang sebenar-benarnya.
Adapun kalimah syahadat itu adalah :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa
asyhadu anna muhammadarrasulullah “.
Dan sesungguhnya “ Asyhadu alla
illaha illallah “ itu adalah dinamakan Syahadat Tauhid
dan kalimah “ wa asyhadu anna muhammadarasulullah “
adalah dinamakan Syahadat Rasul.
Adapun kalimah “Asyhadu alla illaha
illallah “ dinamakan Syahadat Tauhid sebab di dalam
kalimah tersebut kita bersaksi dengan sepenuh rasa bahwa tiada yang lain hanya
Allah s.w.t. semata-mata, tiada sekutu baginya didalam segala hal, dan
tiada sesuatu pun yang bercampur aduk dengannya kecuali dia semata-mata.
Oleh sebab itulah kita bersaksi dengan diri
kita sendiri tiada yang nyata pada kita hanya Allah s.w.t. semata, kita nafikan
tubuh kita dan kita isbatkan yang nyata Allah s.w.t. semata-mata (diri
batin kita).
Adapun kalimah ” wa asyhadu anna
muhammadarasulullah “ itu Syahadat Rasul sebab pada
kalimah ini kita melafazkan bersaksi bahwa yang menyampaikan dan menanggung
diri rahasia Allah s.w.t. adalah “ Muhammad “ yaitu diri zahir
kita dan dengan melafazkan kalimah zahir tersebut maka berikrar dan bersaksilah
kita dengan diri kita sendiri bahwa diri zahir kita tetap akan menanggung
rahasia Allah s.w.t. dan akan menjaganya untuk selama-lamanya.
Adapun hakikat ketuhanan itu
adalah diri bathin kita (Rohani) dan hakikat kerasulan
itu adalah diri zahir kita (Jasmani). Diri bathin adalah
sebenar-benar diri yang menyatakan rahasia Tuhan, dan untuk menyatakan diri
rahasia Allah tersebut adalah zahir kita. Jadi diri zahir kitalah yang
menyatakan rahasia ketuhanan Allah s.w.t. Oleh yang demikianlah diri zahir
kita ini digelar Hakikat Rasul.
Bila kita melafazkan :
“ Asyhadu alla
illaha illallah “
maknanya :
Tiada nyata hanya Allah s.w.t.
Dari sini jelaslah kalimah :
“ Asyhadu alla illaha illallah “
itu sudah jelas bagi menyatakan tentang diri
bathin kita. Bila saja kita lafazkan kalimah tersebut dengan jelas kita
mengakuinya dengan sesungguhnya, bahwasanya “ Tiada nyata hanya Allah s.w.t. “ dialah rahasia Allah s.w.t. yang dikandung oleh
tubuh zahir kita.
Adapun kalimah :
“ Wa asyhadu anna
muhammadarrasulullah “
Adalah menyatakan diri kasar kita (jasad)
karena hakekat bentuk manusia itu berhakekat membentuk huruf MUHAMMAD,MIM itu Kepala HA itu Dada, MIM kedua itu Perut (tasjidnya adalah Pusar) dan DAL adalah kedua kaki,
karena itu bila kita melafazkan kalimah : “ Asyhadu alla illaha
illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ maka kalimah yang
telah dilafazkan itu adalah meliputi pada menyatakan diri bathin dan
diri zahir kita (Rohani dan Jasmani) yaitu kita menyaksikan yang
dikandung oleh tubuh kasar kita adalah diri rahasia Allah s.w.t. dan diri kasar
inilah merupakan sarungnya.
seperti firman Allah s.w.t. didalam hadis
Qudsi :
“ Al insanu sirri wa anna sirru “
artinya : Manusia itu adalah
rahasiaKu dan Akulah rahasianya
Allah s.w.t. mengkaruniakan manusia untuk
memegang dan bertanggung jawab terhadap rahasiaNya, itulah sebabnya Allah
s.w.t. telah memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia.
Al-Quran :…
Artinya : Sesungguhnya Aku karuniakan
manusia itu dengan satu kejadian yang sebaik-baiknya.
Kejadian manusia adalah satu-satunya kejadian
yang paling sempurna dan tersusun rapi pada zahir dan bathin.
Duduknya kemuliaan manusia adalah karena
manusia sajalah kejadian Allah s.w.t. yang sanggup memegang rahasiaNya.
Sedangkan sebelumnya Allah s.w.t. sendiri pernah menawarkan rahasia ini kepada
langit, bumi, gunung-gunung untuk menanggungnya.
seperti firman Allah s.w.t. didalam Al Quran
: …
artinya : Sesungguhnya rahasia Aku ini
pernah Ku tawarkan kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi mereka enggan
menerimanya karena takut mengabaikannya tetapi yang sanggup menerima adalah
manusia.
Sebab itu bila kita mengucap :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa
asyhadu anna muhammadarrasulullah “.
maka berarti kita bersaksi dengan
diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita hanya Allah s.w.t.
semata-mata dan tubuh zahir kita ini adalah bentuk nyata pada rahasia Allah
s.w.t. semata-mata.
Inilah Hakekat Penyaksian dalam Dua Kalimat Syahadat.
0 komentar:
Posting Komentar